Laman

Rabu, 29 Desember 2010

Iklim Masih Jadi Ancaman

Perubahan iklim yang ekstrem masih menjadi tantangan pertanian pada tahun 2011. Diperlukan antisipasi yang tepat agar produksi pangan tidak terganggu oleh faktor iklim. Menteri Pertanian Suswono mengakui pada tahun 2010 terlambat mengantisipasi faktor iklim.
”Tahun 2010 harus diakui kami terlambat mengantisipasi karena perubahan iklim ini tidak terduga,” ujar Menteri Pertanian saat menyampaikan ”Refleksi Tahun 2010 dan Prospek Pembangunan Pertanian Tahun 2011” di Jakarta, Rabu (29/12).
Ia menjelaskan, prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, April 2010 sudah masuk kemarau. ”Sehingga petani menanam hortikultura. Ternyata sampai Juli masih hujan, sekarang pun masih hujan. Ini membuat produksi hortikultura turun,” kata Suswono.
Oleh karena itu, kini sedari dini faktor iklim sudah diantisipasi. ”Ini kita lakukan antara lain dengan menyiapkan varietas yang cocok untuk setiap kondisi. Kita coba meminimalisasi kerugian di tingkat on farm,” ujar Mentan.
Selain itu, lanjut Mentan, riset diperkuat, begitu pula penyuluhan. Perluasan lahan, perbaikan infrastruktur, penyediaan pupuk, efisiensi tata niaga, dan lainnya.
”Bahkan, Panglima TNI sudah menyatakan, sewaktu-waktu TNI siap digerakkan membantu membasmi hama dan penyakit tanaman,” tutur Suswono.
Untuk mengantisipasi dampak iklim terhadap ketersediaan pangan nasional, menurut Suswono, tahun 2011 akan diterbitkan instruksi presiden (inpres) tentang pengamanan produksi beras dari dampak iklim. Inpres tentang pengadaan dan penyaluran gabah/beras oleh pemerintah dan inpres tentang kebijakan perberasan nonharga pembelian pemerintah.
Efisiensi
Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin menyarankan agar fokus pada peningkatan produktivitas dan efisiensi di pertanian. ”Dan tentu saja tujuan akhir dari semua itu adalah peningkatan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Menurut Bustanul, peningkatan produktivitas bersifat landai, dan pada titik tertentu tidak dapat digenjot lagi. Oleh karena itu, untuk mencapai target produksi, khususnya padi, yang harus didorong adalah efisiensi, terutama mengurangi kehilangan pascapanen. ”Kehilangan pascapanen saat ini relatif besar,” ujarnya.
Namun, hingga kini, lanjut Bustanul, belum ada terobosan baru untuk efisiensi, mengurangi kehilangan pascapanen padi. ”Yang ada hanya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1986, itu sudah harus diperbarui. Menteri Pertanian bisa ambil peran dalam pengurangan kehilangan pascapanen ini,” tuturnya.
Bustanul mengingatkan, tahun 2011 sampai dengan Mei, hujan diperkirakan masih akan turun. ”Kalau panen basah, harga jual gabah petani akan turun. Sepanjang tidak ada terobosan untuk membantu petani mengatasinya, akan sulit bagi petani,” kata Bustanul Arifin.
Ia mengingatkan, pada tahun 2011 diprediksi harga komoditas akan melonjak. Selain waspada menjaga terpenuhinya kebutuhan pangan di dalam negeri, kenaikan harga komoditas juga bisa memberi keuntungan yang besar pada pertanian Indonesia.
”Subsektor pertanian bisa ambil windfall profit untuk meningkatkan kesejahteraan petani dari naiknya harga komoditas di dunia,” katanya.
Hal itu, lanjut Bustanul, dapat dilakukan dengan menggenjot produksi hortikultura dan komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang punya peluang besar antara lain cokelat, kopi, dan teh.
”Cokelat kita bisa ambil peluang dari kondisi politik Pantai Gading, penghasil utama cokelat dunia, yang kini tidak kondusif, yang berpengaruh pada produksi cokelat mereka. Kita genjot produksi kita,” ujar Bustanul.
Terkait target Kementerian Pertanian meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, dari 41,4 juta pada 2010 menjadi 44,1 juta pada 2011, Bustanul menyatakan bahwa semakin maju negara tersebut, tenaga kerja di sektor pertanian semakin berkurang. ”Makin banyak yang terserap di industri,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Kemtan Hari Priyono menegaskan, target penyerapan tenaga kerja itu bukan hanya dari sisi budidaya, tetapi juga dari industri hilir pertanian. ”Kebijakannya 2011 pembangunan industri hilir pertanian,” katanya.
Menurut Bustanul, hal itu menegaskan, Kemtan bekerja sendiri. ”Padahal, seharusnya bagaimana tenaga kerja semakin banyak diserap sektor lain agar beban di pertanian tak terlalu berat. Kemtan fokus di produksi dan efisiensi,” katanya. (ely)

Dikutip dari Kompas.com

Minggu, 26 Desember 2010

Rasa Bangga Di Dadaku

 oleh : Andoko Darta

Kapan terakhir kita merasa bangga jadi orang Indonesia?
 
Tim sepak bola Merah Putih melawan Malaysia tanggal 26 dan 29 Desember ini adalah lebih dari sekedar pertandingan sepak bola.
Ini adalah salah satu momen langka lahirnya sebuah gerakan nasional tanpa iklan atau komando pemerintah. Sebuah gerakan nasional dari dan untuk semua kalangan mulai dari warung kopi di pedesaan sampai Setarbak di perkotaan.

Gerakan nasional tanpa komando ini mampu memompa kembali kebanggaan kita menjadi orang Indonesia yang telah meluntur menurut banyak pakar di media masa.

Untuk tes pendapat para pakar tersebut, silakan tanya diri sendiri pertanyaan di awal tulisan ini : Kapan terakhir kita merasa bangga jadi orang Indonesia?

Kebanggaan jadi orang Indonesia yang meluntur tersebut semoga telah mencapai titik nadir dan berbalik arah. Apakah tim Merah Putih akhirnya menang ataupun kalah, sejumput rasa bangga sudah mulai merekah di dada.

Di tambah lagi dengan bantuan Mr Obama beberapa waktu lalu, dimana dengan pidatonya yang memukau dan sangat menghormati Indonesia, di luar perkiraan rasa bangga menjadi orang Indonesia timbul di dada banyak anak muda.
Terlebih setelah anak2 muda tersebut (termasuk yang sudah berumur) baru mengetahui bahwa semboyan negara Amerika "E Pluribus Unum" (Out Of Many, One) artinya persis sama dengan "Bhinneka Tunggal Ika".

Semoga sejumput rasa bangga tersebut terus menyebar seperti virus ke seluruh bidang, termasuk bidang pertanian Indonesia, tempat dimana Sosek Inc berkiprah.

Sabtu, 18 Desember 2010

MODEL INKUBATOR AGRIBISNIS SEBAGAI LOKOMOTIF PENGEMBANGAN DESA

oleh I Made Donny Waspada

Dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana setiap daerah mempunyai kewenangan untuk mengembangkan potensi daerah masing-masing sangat mendukung terciptanya ekonomi pedesaan yang berbasis agribisnis. Pengembangan usaha di sektor agribisnis memiliki basis yang kuat dalam menciptakan ketahanan ekonomi masyarakat. Hal ini didasari oleh beberapa alasan, diantaranya adalah :
  1. Sektor pertanian masih menampung sebagian besar tenaga kerja (75%) dan mempunyai basis yang kuat di tingkat masyarakat bawah. Sektor ini terbukti cukup bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi yang sangat berbengaruh terhadap sektor sekunder (industri) dan juga sektor tersier (jasa), yang membuat banyak dua sektor terakhir mengalami kebangkrutan dalam menghadapi krisis tersebut.
  2. Sektor agroindustri yang berkembang di daerah perkotaan adalah industri yang mendapat bahan baku utama dari sektor pertanian. Sehingga apabila sektor agroindustri tersebut diharapkan tetap terjaga kelangsungannya, maka sektor pertanianlah yang harus tetap mendapat perhatian dari pihak-pihak yang berkepentingan.
  3. Sektor pertanian sebagian besar berada di wilayah pedesaan dan mereka belum menikmati imbas dari kemajuam pembangunan yang sebagian besar terjadi di wilayah perkotaan. Padahal banyak industri kecil menengah berada di daerah pedesaan yang banyak belum mendapat perhatian cukup dari pemerintah.


Berbagai Keterbatasan Desa Dalam Mengembangkan Agribisnis
Usahatani pedesaan terpencil yang masih bersifat subsisten, skala kecil dan terpencar-pencar (tidak terintegrasi) sering menjadi permasalahan dalam pengembangan agribisnis di pedesaan. Hal ini menyebabkan tidak efisiennya transportasi dan pemasaran, serta sulit untuk mengakses teknologi, lembaga permodalan dan informasi pasar (lack of technology, capital, and market  information), yang pada akhirnya menyebabkan agribisnis di desa tersebut tidak berkembang.
Di beberapa desa dengan potensi produksi komoditasnya yang sudah lebih berkembang (padi, kopi, coklat dsb), umumnya rantai pemasarannya dikuasai oleh tengkulak/pengumpul kecil yang tidak berpihak kepada petani, karena para tengkulak ini juga dikendalikan oleh pengumpul besar. Para trader ini juga tidak mau bertindak sebagai agen informasi pasar (bahkan pada beberapa kasus informasi pasar ditutup/dibiaskan), dan juga bukan sebagai agen transfer teknologi. Hal ini yang menyebabkan agribisnis di desa-desa yang walaupun tampaknya sudah lebih sejahtera tetapi tidak berkembang.



Model Inkubator Agribisnis

Model inkubator bisnis pernah diperkenalkan oleh Bpk I Nyoman Moena dkk, melalui ”Wadah Inkubator Muamalat” sebagai lembaga yang membantu UKM nasabah Bank Muamalat di awal berdirinya bank ini. Inkubator Agribisnis dapat dikembangkan dari pengalaman tersebut di atas, khususnya untuk sektor agribisnis sebagai lokomotif penghela ekonomi pedesaan.

Secara prinsip inkubator agribisnis adalah upaya inisiasi cikal bakal kegiatan agribisnis dan pendampingannya agar usaha yang masih belum bisa mandiri tersebut bisa survive dan berkembang. Cikal bakal agribisnis ini (sebut saja UD Pemasaran Mandiri/UD PM) harus mampu memasarkan semua jenis produk yang ada di desa tersebut, tanpa persyaratan mutu, kuantiti minimum atau persyaratan-persyaratan lain yang belum dipahami dan belum mampu dipenuhi oleh petani desa tersebut. Jika ada sekarung biji kopi basah kelas asalan, 5 ekor ayam kampung, 20 butir telur bebek, 3 ikat pete, 10 tandan berbagai jenis pisang, sekeranjang cabe merah dan sayur terong, semuanya harus dapat diangkut dan dipasarkan ke pasar terdekat. Petani mendapatkan penghasilan, pelaku usaha ini dapat menutup ongkos dan mendapatkan penghasilan, walaupun masih sedikit. Di hari yang lain mungkin ada hasil kerajinan bambu yang dibuat oleh keluarga tani berupa peralatan dapur, beberapa jenis kerupuk mentah berbahan dasar singkong atau rengginang, 2 ekor kambing, beberapa karung arang batok kelapa dsb, dsb.

Diharapkan jika ada pemasaran yang pasti atas hasil usahatani dan industri rumah tangga keluarga tani, maka para petani produsen dan keluarganya akan meningkatkan kapasitas dan mutu hasil usahataninya, sehingga skala usaha UD PM juga akan meningkat, demikian juga jaringan pemasarannya. UD PM juga dapat berfungsi sebagai agen informasi pasar dan transfer teknologi. Berbagai spesifikasi mutu dan jenis barang yang diinginkan pasar/konsumen dapat disampaikan kepada petani. Kontrak suplai dengan lembaga pemasaran/pembeli tertentu dapat diteruskan sebagai kontrak kemitraan dengan petani produsen. Berbagai teknologi seperti peralatan pertanian, berbagai benih/bibit unggul, pupuk, pestisida dan berbagai kebutuhan keluarga tani dapat disediakan oleh UD PM.

Untuk menginisiasi UD PM melalui model inkubator agribisnis diperlukan hal-hal sbb:
  1. Calon wirausaha agribisnis yang handal
  2. Sarana angkutan hasil bumi (kendaraan pick up)
  3. Modal usaha dan operasional
  4. Pelatihan dan pendampingan entrepreneurship.

Proyek percontohan inkubator agribisnis desa dapat dikelola pada tingkat kabupaten. Dipilih 5-6 desa sebagai percontohan, dengan karakteristik desa yang perekonomiannya masih belum berkembang. Dari setiap desa dipilih 2-3 orang yang masih enerjik, mau bekerja keras, bermoral dan mau mengembangkan desanya.  Para calon entrepreneur ini dibekali dengan berbagai keterampilan seperti mengendarai kendaraan, pembukuan sederhana, etika perdagangan setempat dan pengenalan beberapa pasar lokal yang dapat dijangkau. Jika diperlukan dan memungkinkan para trainee dimagangkan di usaha-usaha sejenis yang ada di kabupaten tersebut. Seleksi dilakukan pada para calon entrepreneur, terutama atas dasar keyakinannya terhadap usaha agribisnis ini yang akan memberikan peluang usaha bagi dirinya dan mampu mengembangkan perekonomian desanya.
Dua-tiga entrepreneur dari tiap-tiap desa yang lolos seleksi membentuk ”UD PM”. Dan untuk masing-masing ”UD PM” diberi bantuan kredit mobil pick up bekas seharga +/- 50 jt, pinjaman tanpa bunga  untuk modal kerja dan operasional sebesar +/- 20 jt, serta bimbingan dan pendampingan selama 6 bulan Diharapkan akan terbentuk usaha agribisnis yang akan menjadi lokomotif pengelola perkonomian desa.

Ilustrasi inkubator agribinis ini dapat dilihat pada beberapa mitra Moena Fresh Bali, seperti Bapak Sunarwadi atau lebih dikenal dengan Bapak Ajis. Beliau berasal dari Situbondo, Jawa Timur dan setiap tiga hari sekali datang membawa berbagai macam buah ke gudang distribusi Moena Fresh di Bali. Bapak Ajis tidak memiliki kebun sendiri, buah yang dibawanya adalah hasil dari petani-petani di daerahnya yang dikumpulkan sehingga dari perhitungan biaya memungkinkan untuk menutupi biaya transportasi dari Situbondo ke Bali serta keuntungan yang memadai. Berbagai jenis mangga, pisang dan srikaya dengan beragam mutu diangkut dalam mobil pick up sewaannya. Buah mutu prima di terima oleh pihak Moena Fresh, sementara buah mutu kedua dijual ke pedagang pasar di bali. Bahkan sebagian ditampung oleh suplier Moena Fresh lain yang memiliki kios di pasar-pasar lokal Denpasar.

Jumat, 10 Desember 2010

PENGALAMAN BERWIRAUSAHA BUAH-BUAHAN “ DARI BALI MENUJU DUNIA “


oleh : I Made Donny Waspada

Buah-buahan di Bali , selain untuk dikonsumsi juga merupakan kelengkapan dalam tradisi upacara, sehingga kebutuhannya terus meningkat.

TERBIASA MENGHADAPI TANTANGAN
“ Kerja keras, tekun, fokus dan semangat untuk berubah ” merupakan senjata ampuh dalam meraih sebuah impian menjadi kenyataan. 
Pada saat kuliah dahulu, teman-teman sekelas meramalkan bahwa saya tidak akan dapat menyelesaikan studi saya di IPB ( dikarenakan nilai ujian saya 'jelek semua' ).  Tapi karena ada pepatah mengatakan “ Banyak jalan menuju Roma ”, maka dengan kegigihan dan ketabahan hati, serta sikap fighting spirit yang tinggi, mampu meluluhkan hati para dosen dengan cara mengajak kunjungan ke kebun melon saya, disamping kampus IPB, yang akhirnya meloloskan saya menjadi seorang Sarjana S-1 IPB.  Allhamdullillah!

NET WORKING SALAH SATU KUNCI SUKSES MEMBANGUN USAHA
Pertemanan saya semasa SD, SMP, SMA dan juga semasa kuliah di IPB, yang terus menerus saya bina ‘rasa persaudaraannya’ dengan terus menerus menjaga tali silahturahmi, banyak sekali membantu saya didalam mengembangkan usaha yang saya geluti ini. 
Teman itu ‘segalanya’ bagi saya.  Mereka semua memberi semangat yang luar biasa untuk seorang teman yang merintis semuanya dari kebun , kemudian beralih ke  pasar , dan terakhir membuka toko buah sendiri.
Sungguh suatu perjalanan yang amat panjang dan melelahkan.  Kesabaran istri dan anak saya semata wayangpun benar-benar membuat saya memiliki mimpi, mimpi 'harus mencapai sesuatu'.
Bisa dibayangkan.  Belajar Usaha ( menanam Melon ) tahun 1983.  Menikah tahun 1990.  Punya anak semata wayang tahun 1991.  Dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2000 usaha ’masih gojang ganjing’  Baru setelah tahun 2000, barulah 'terlihat hasilnya'.
Untung semuanya sabar dan tawakal, bahwa ‘membuat suatu usaha’, khususnya usaha buah-buahan’, tidaklah segampang yang orang bayangkan.

 LAHIRNYA KEBUN MELON DAN SEMANGKA
Kebun Melon mulai dirintis sejak tahun 1983, dengan modal 4 juta rupiah.  Sukses, menghasilkan 8 juta rupiah.  Terus menerus mengembangkan kebun melon di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan terakhir di Lampung. 
Dalam perjalanan waktu 10 tahun  ( 1983 sampai dengan 1993 ) , saya telah memiliki lebih dari 20 lokasi , dengan luasan seluruhnya mencapai 200 Hektaran.  Pada dasarnya , perluasan kebun tersebut ‘mengikuti’ kebutuhan buah Melon saat itu di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali, yang setiap harinya memerlukan buah Melon sekitar 40 ton an , dan setiap  tahunnya terus meningkat.  Dan hampir 40 persen kebutuhan akan buah Melon di keempat kota besar itu berasal dari kebun-kebun kami, sisanya dari kebun banyak orang. 
Di tahun 1985 , sayapun mulai menanam Buah Semangka Tanpa Biji , bermula dari daerah Banyuwangi dan Muntilan.  Kebutuhan akan buah Semangka Tanpa Bji di tahun 1985 saja, untuk ke empat kota tersebut sudah memerlukan 100 ton perharinya, dan pada waktu itu saya ‘bermain’ hanya 20 sampai 25 ton saja per harinya saat itu, bekerjasama dengan  petani setempat hampir mencapai luasan lahan 100 hektaran.

MENJADI PENGUMPUL BUAH MELON DAN SEMANGKA
Tahun 1995 , saya putuskan menjadi pengumpul dan penyalur buah Melon serta Semangka Tanpa Biji di tiga kota saja ( Jakarta dan Bandung dan Bali ),  dengan membeli beberapa Kios Grosir di Pasar Induk Jakarta , di Pasar Induk Caringin Bandung, serta mulai membuka Toko Moena Fresh pertama di Bali tahun 1990.  Kami mulai mengibarkan bendera supplier dan Toko Buah, sejak tahun 1990. 
Supplier buah-buahan menggunakan bendera “PT Moena Putra Nusantara” , sedangkan Toko Buah di Bali dengan menggunakan bendera "UD Moena Fresh"  Saat itu saja tahun 1990 an, karyawan di tiga kota ( Jakarta - Bandung dan Denpasar ) sudah mencapai kira kira 100 orang, dengan jumlah armada pengantar buah-buahan kesemua pelanggan berkisar 25 kendaraan , dari mulai pick up sampai truck.  Selain itupun kami melayani export ke beberapa negara tetangga. 
Pasang-surutpun disini banyak terjadi, tak ubahnya ibarat sebuah kapal induk yang sudah tua dan perlu banyak perombakan disana sini.  Apalagi setelah beberapa hypermart asing mulai merambah usaha buah-buahan di tiga kota tersebut, semua supplier buah, sayur benar-benar ‘disiksa’ oleh persaingan usaha yang terjadi.

TOKO BUAH SEBAGAI UJUNG TOMBAK 
Selepas kris-mon ( tahun 1997 ), strategi perdagangan buah saya rubah total , dimana 30 persen modal yang masih ada diperuntukkan mempertahankan keberadaan PT Moena Putra Nusantara di Jakarta saja sebagai pemasok / penyalur buah-buahan kepara pelanggan yang memang sudah ada selama ini.  Cabang Bandung kami tutup, dan kami pindahan sebagian ke Bali serta ke Jakarta , dimana 70 persen dari modal yang tersisa saat itu saya jadikan / dirikan 5-6 Toko Buah Moena Fresh di Bali pada tahun 1998.  Proses pembukaannyapun secara bertahap, ditempat-tempat yang strategis di Denpasar, Kuta , Sanur , Ubud.  Ternyata keputusan saya ditahun 1998 tersebut, merupakan suatu keputusan yang saya pikir sangat tepat sekali.   Andai saja saya bertahan sebagai penyalur buah-buahan kesemua swalayan, hypermart dan toko-toko buah se Jakarta, Bandung dan Bali, maka keadaannya tidaklah sebaik seperti sekarang ini. 
Sampai saat ini ( tahun 2010 ), “UD Moena Fresh“ Bali sudah memiliki 12 gerai di tempat-tempat strategis di Bali, dengan jumlah staf dan karyawan di Bali saja sudah mencapai 250 orang, dengan putaran omset berkisar 3 - 4 milyar rupiah per bulannya.  Serta saya mentargetkan, cukup membuka minimal 2 toko saja dalam setahunnya, tidak perlu terlalu 'bernafsu'.
Sedangkan ”PT Moena Putra Nusantara Jakarta” bertahan menjadi pemasok swalayan dan hypermart dengan memiliki 30 orang karyawan, dan putaran omset berkisar 500 sampai 750 juta rupiah per bulannya.

MENUJU KEMANDIRIAN FINANSIAL
Toko Buah “Moena Fresh”, adalah Toko Buah Keluarga,  mencari terobosan baru dengan terus membuka toko buah yang menyebar di pulau Bali.  Kunci dari membuka toko buah adalah :
1.       Lokasi, lokasi dan lokasi
2.       Meminimkan biaya investasi ( dengan memakai ‘peralatan bekas’ ).
3.      Melobby calon-calon pemasok buah yang berkualitas.
4.      Kembangkan Kreatifitas , ada istilah : INOVASI atau MATI, jalankan ..
5.      Optimalkan tempat usaha dengan berbagai inovasi ( memperbanyak varian : buah segar, buah potong, juice, asinan, camilan, dll )
6.      Berikan pelayan prima terhadap pelanggan.

Ada yang khusus didalam Toko Buah Moena Fresh ini, yaitu adanya counter Moena Balinese Snack.  Moena Balinese Snack diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam menjamu tamu , keluarga yang sedang berlibur , atau rekanan bisnis yang sedang seminar atau rapat kerja di Bali, karena produk panganan khas bali ini disediakan secara lengkap dengan  berbagai merek yang sudah terkenal dan dilengkapi dengan layanan ekspedisi yang cepat dan langsung terima di tempat. 

KEMITRAAN SEBAGAI LANGKAH PENGEMBANG
Penyortiran ( sortasi ) dilakukan guna mendapatkan kualitas prima, walaupun konsekuensinya harus membeli dengan harga yang lebih mahal.  Sehingga disini upaya pembinaan dan kemitraaan produksi perlu dilakukan.

Seperti kita ketahui, didalam suatu usaha, haruslah selalu diingat dimana empat Komponen haruslah TERPUASKAN, yaitu :
1.       Perusahaan puas, dalam arti terus berkembang.
2.       Karyawan puas, dalam arti sejahtera.
3.      Owners puas, dalam arti sesuai bagiannya.
4.      Lingkungan puas, dengan cara kita semua harus perduli kepada lingkungan dimana tempat kita bekerja.  Minimal bersosialisasilah dengan lingkungan, bergotong royong, membantu sepantasnya perusahaan kita dapat membantu.
Walau saat ini hanya sebatas ikut bersama-sama bekerja bakti membersihkan lingkungan dan membantu memberi tong-tong sampah. Program “ Bali ku Bersih ” menjawab kepedulian “ UD Moena Fresh” terhadap lingkungan kerjanya.

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS SDM
Dimana secara terus menerus, kita semua menggali, belajar, ikut traning yang memang terkait dengan pekerjaannya masing-masing.   Hal ini tidak terbatas dari para karyawan saja , tetapi staf , direksi bahkan pemilik sekalipun masih terus mengikuti training-training yang memang dianggap perlu untuk menciptakan Moena GOOD menjadi Moena GREAT.

PEDULI BUAH LOKAL INDONESIA
Mempromosikan dan menjual buah lokal Indonesia, adalah salah satu bentuk kepedulian Moena Fresh agar buah lokal Indonesia menjadi primadona di negara nya sendiri.  Saat ini Moena Fresh bekerja sama dengan para mitra pemasok berupaya membudayakan mengkonsumsi buah lokal Indonesia diantaranya :
1.       Salak Bali
2.       Salak Gula Pasir
3.      Jambu Klutuk Merah
4.      Manggis
5.      Bekul ( buah asli Bali ) 
6.      Jeruk Bali ( besar )
7.      Ceruring ( seperti Dukuh )
8.      Klampit 

TARGET
Target 2010 : kami harus memiliki 12 toko buah di Bali ( telah terealisir ). 
Target 2015 : kami harus memiliki 20 toko buah di Bali
Target 2015 : kami harus memiliki toko buah di Australia ( Insya Allah. Mohon doanya )

MOTTO KAMI
Senyum , Salam , Sapa , Sopan Santun, Sedekah dan Shalat